Bila aku menyebut nama Bali, orang-orang akan sontak menyebut Denpasar, karena memang ibukotanya, ada pula yang menyebut Tanah Lot karena puranya yang unik, ada juga yang menyebut Kecak dan Pendet, bahkan Kuta karena pantainya yang eksotis, atau mungkin peristiwa bom Bali. Tapi tak hanya itu yang menarik di Bali, Orang Bali juga terkenal karena taat akan tradisi dan menjunjung tinggi nilai budaya leluhurnya. Mungkin memang Bali adalah tempat favorit untuk turis dan sepertinya Persegi Gianyar tidak terlalu menarik untuk para penggemar bola. Hell, semua yang mereka katakan itu benar. Aku memilih untuk berlibur ke Bali memang karena hal-hal tersebut, sekedar penasaran.
Holiday???
-Menurutku- Holiday merupakan dimana aku diberi kesempatan untuk menghirup udara bebas dari rutinitas keseharianku. Liburan ke Bali aku merasa sangat senang apalagi bersama kawan-kawan. Susah dan lelah pun tak kurasakan. Memang kuakui perjalanan menuju Bali sangatlah jauh dan sepertinya menempuh waktu sekitar 24 jam naik bus dari Jogja. Pagi hari ku di jalan, makan dan tidurpun di jalan, esok haripun masih dijalan dan mungkin itu, yang bisa aku katakan dalam perjalanan menuju Bali.
Ketika siang menjelang sore aku mengunjungi Pantai Kuta yang disapa oleh berkilaunya air laut yang berwarna biru yang dibatasi sebaris pasir putih dan pohon-pohon kelapa yang melambai- lambai diterpa angin. Meski terlihat elok dan menawan, entah kenapa pikiranku tertuju pada sebuah gang kecil yaitu Jalan Poppies Lane 2. Aku bersama seorang kawanku ‘yang dituakan’ mulai melangkah menuju Poppies Lane 2. Kitapun sempat bertanya kepada seorang penjual es. Hell ternyata jaraknya kurang lebih 2-3 km. Dengan modal nekat dan tekad kita tetap menuju ke Poppies 2 dengan jalan kaki ditengah terik matahari namun berangin. Sekitar 20 menit, akhirnya sampai di Poppies 2. Di gang ini banyak dijumpai hotel, bar dan aneka jenis souvenir. Mataku tertuju pada sebuah bangunan semacam distro bersebelahan dengan bar. Aku sempat masuk dan membeli baju di distro tersebut. Kita pun bergegas pulang ke Pantai Kuta agar tak tertinggal rombongan. Untuk mempersingkat waktu, kita berlari dengan sisa-sisa tenaga kita. Tetesan keringatpun membasahi kening kita . Yess tak sia-sia, ternyata kita masih ditunggu kendaraan semacam angkot untuk mengatarkan kita ke rombongan.
Suasana Jalan Poppies Lane 2 |
at ELECTROHELL KUTA |
Sauvenir Bali |
At TWICE BAR KUTA |
Malam terakhir di Bali, anak-anak menginap di hotel yang disediakan dan menyantap makanan yang sudah disajikan. Setelah perut terisi, sebagian anak tinggal di hotel untuk beristirahat dan menatto tubuhnya, sebagian lagi termasuk aku pergi meliarkan diri keluar hotel sekedar jalan-jalan melihat suasana malam Bali. Wow, sepertinya akan menjadi malam yang panjang. Setelah cukup lama berkeliling, kamipun kembali ke hotel sambil membawa pulang 3 botol bir dingin. Kamipun melanjutkan malam dengan makan, minum, dan mengobrol dengan lingkaran api yang membaur dengan abunya. Malam itupun menjadi saksi bahwa pertama kalinya aku sempat mencicipi bir. Entah kenapa bir membuat aku lebih berenergik, walaupun sempat menyesal pada awalnya. Mungkin sedikit aneh, sepertinya di Bali terkenal dengan araknya. Well, kamipun menikmati malam terakhir di Bali dengan penuh canda tawa dibawah bintang dan bulan yang bersinar terang.
Tapi memang saya akui, jika dibandingkan dengan Jogja, Bali gak terlalu punya banyak hiburan. Tak seperti Jakarta juga, karena mall tak bertebaran dimana-mana. Tapi tidak terasa bahwa Bali itu sebagian besar lahannya lebih banyak digunakan untuk kawasan pariwisata dan hutan besar. Ya jadi kurang lebih cerita tentang pengalaman pertamaku menginjakan kaki di Pulau Dewata. Terimakasih atas good times and bad times. Sampai jumpa, lain waktu kita bertemu lagi. Tujuan aku hanya berbagi cerita, meskipun tak aku ceritakan secara detail dan runtut ‘seingatku’.
with freedom
janu
janu
0 komentar:
Posting Komentar